Minggu, 30 Desember 2012

SEJARAH BANGKITNYA PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

SEJARAH BANGKITNYA PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII)

  Pelajar Islam Indonesia secara resmi bangkit pertama kali 4 Mei 1947 di kota perjuangan Yogyakarta oleh beberapa intelektual muda ternama saat itu antara lain ; Yoesdi Ghazali , Anton Timur Jaelani, Amin Syahri dan Ibrahim Zarkasy. Salah satu faktor yang melandasi kebangkitan PII adalah adanya dualisme dalam sistem pendidikan terhadap umat Islam Indonesia oleh penjajah Belanda yaitu pesantren dan sekolah umum. Pesantren memiliki orientasi esakatologis sementara sekolah umum berorientasi pada duniawi. Sebagai konsekuensi dari dualisme sistem ini para siswa terpecah menjadi dua kubu dan saling mengejek. Para santri mengklaim sekolah umum sebagai sekolah sekuler yang tidak percaya pada Tuhan, sistem pendidikan warisan penjajah Belanda dan mengkafirkan para siswa yang belajar di sekolah umum. Pada sisi yang lain, pelajar dari sekolah umum mengejak santri sebagai pelajar yang tradisional, kuno, konserfatif dan ketinggalan jaman.

Pada saat itu telah ada organisasi yang bernama Ikatan Pelajar Indonesia (IPI). Akan tetapi organisasi ini tidak mampu mengakomodasi aspirasi santri, sehingga tidak dapat mempertemukan dua kelompok pelajar yang saling bertentangan ini. Menyadari realitas sosial ini, ketika itu ada seorang pemuda Islam bernama Yoesdhi Ghozali yang melakukan iktikaf di Masjid di Yogyakarta dan pada tanggal 25 Pebruari 1947 mendapat ilham untuk mendirikan suatu organisasi yang dapat mengakomodasi pelajar Islam baik dari pesantren maupun sekolah umum. Gagasan ini kemudian disampaikannya di SMP N 2 Secodiningrat, Yogyakarta. Teman-temannya yang menghadiri pertemuan itu adalah Anton Timur Djaelani, Amien Syahri, dan Ibrahim Zarkasyi juga semua audiens menyetujui untuk mendirikan suatu organisasi untuk pelajar muslim yang akan menampung pelajar dari sekolah umum dan pesantren. Kesepakatan ini kemudian dipresentasikan dalam Kongres Gerakan Pemuda Islam Indonesia (GPII) pada tanggal 30 Maret s.d. 1 April 1947. Mayoritas dari peserta kongres menyetujui gagasan tersebut. Bahkan kongres kemudian menetapkan untuk menggabungkan divisi/bidang kepelajaran dari GPII ke dalam PII. Selain itu para peserta kongres juga diminta untuk membantu dan memudahkan pendirian cabang-cabang PII di seluruh Indonesia.

Pada Kongres GPII 30 maret – 1 april 1947 di Muallimin Yogyakarta, disampaikan oleh Yoesdi Ghozali kepada forum terkait keinginan untuk mendirikan organisasi pelajar se-Indonesia dan disetujui oleh forum. Dan sebagai tindak lanjutnya, kemudian GPII bagian ke-pelajaran dilepas untuk kemudian digabungkan dengan organisasi pelajar yang akan dibentuk.

Digedung atau kantor GPII jalan Margomulyo no. 8 (depan Gedung Agung) pertemuan dipimpin oleh Yoesdi Ghozali, dihadiri antara lain:

– Yahya ubed dari Persatuan Pelajar Islam Surakarta (PPIS)

– Multazam dan Sowabi dari Pergabungan Kursus Islam Sekolah Menengah (PERKISEM) Surakarta

– Anton Timur Djaelani dan Amir Syahri dari bagian pelajar GPII

Pada hari Minggu pukul 10.00 WIB dari pertemuan tersebut dihasilkan bahwa PELAJAR ISLAM INDONESIA (PII) didirikan dengan Rasa kesadaran dan tanggung jawab sebagai Pelajar Islam atas kewajiban-kewajibannya untuk Agama, Nusa dan Bangsa terutama umat Islam Indonesia dalam mencapai cita-citanya. Yang kemudian pada hari itu dijadikan HARI BANGKIT PII.

Kebangkitan PII termotivasi oleh dua (2) panggilan:

– Panggilan Agama; karena sebagai bagian dari umat Islam, PII dipanggil untuk mempersatukan umat Islam yang terpecah belah sebagaimana yang termaktub dalam Al-Quran surat Ali Imran 103, “berpegang teguhlah kepada tali Allah, dan janganlah kamu terpecah belah…”

– Panggilan sejarah; karena melihat proklamasi 17 Agustus 1945 yang merupakan cita-cita luhur segenap bangsa Indonesia, berada dalam ancaman kembalinya Belanda untuk menjajah Indonesia.

PII tanpa ikatan, dihimpun, persatuan dan lain-lain agar tidak timbul konotasi kelompok atau gerakan yang menghimpun kekuatan, tapi lebih merupakan sarana pemudan atau pelajar untuk membina pribadi dan mengembangkan potensi sehingga akan mampu memahakan bahwa PII adalah milik seluruh pemuda pelajar Islam serta umat Islam. Dan sebagai upaya menghilangkan dikotomi antara pelajar dan santri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALL CONNECT