Khasiat Madu Menurut Rasulullah
Madu adalah cairan yang menyerupai sirup, madu lebih kental dan berasa manis, dihasilkan olehlebah dan serangga lainnya dari nektar bunga. Jika Tawon madu sudah berada dalam sarang nektar dikeluarkan dari kantung madu yang terdapat pada abdomen dan dikunyah dikerjakan bersama tawon lain, jika nektar sudah halus ditempatkan pada sel, jika sel sudah penuh akan ditutup dan terjadi fermentasi. Rasa manis madu disebapkan oleh unsur monosakarida fruktosa dan glukosa, dan memiliki rasa manis yang hampir sama dengan gula.
“Cara Rasul minum madu mungkin berbeda dengan kita, kebanyakan kita mungkin minum madu yang sudah dicairkan dengan air,” ujar penulis buku sehat ala Rosul, Dr Brilianto M Soenarwo di acara Bincang Kesehatan ala Rosululloh, Sabtu (31/12) di Masjid At-tin.
Cara Nabi Muhammad SAW mengonsumsi madu bukan dengan meminum madu yang sudah dicairkan dengan air. Nabi mengambil madu lalu mengulum di mulutnya hingga lumer ketika bercampur dengan air liur. Madu yang mengandung fruktosa lebih baik dicampur dengan air liur agar mudah larut dan dicerna oleh lambung.
Mengkonsumsi madu di pagi hari bisa mencegah seseorang terkena sakit maag. Pada pagi hari perut kosong karena Nabi makan malam ringan sekitar jam 8 malam. Madu dapat melapisi dinding lambung sehingga Nabi SAW tidak terkena maag. Nabi saw biasanya makan malam dengan porsi yang sedikit. Untuk porsi makan yang lebih banyak Nabi biasa melakukannya ketika makan siang.
Banyak mitos tentang madu yang beredar di masyarakat. Misalnya, madu yang asli selalu dikerumuni semut dan dapat mematangkan telur mentah. Akibatnya, muncul berbagai upaya pemalsuan madu untuk memenuhi sifat yang dimitoskan tersebut. Untuk menguji keaslian madu, ukurlah kadar keasamannya. Madu asli memiliki pH 3,4-4,5. Jika diteteskan pada koran, tidak mudah terserap. Perhatikan keaslian madu untuk mendapat manfaat yang besarnya.
Agar terjaga mutu dan manfaatnya, simpanlah madu pada suhu kamar dan dalam wadah kaca kedap udara. Jauhkan dari sinar matahari atau cahaya lainnya. Sebenarnya, madu murni tidak mudah rusak. Kendati demikian, tetap perhatikan cara penyimpanannya agar daya antibiotik dan kandungan enzimnya tidak mudah rusak. Jika enzim-enzim terebut rusak, minum madu tidak ubahnya minum air gula biasa.
Sumber:
Assegaf, Muhammad Ali Toha. 2011. Buku Pintar Sehat Islami. Bandung: Mizania
Tidak ada komentar:
Posting Komentar