Rabu, 06 Maret 2013

Kisah Nabi Uzair ‘alaihissalam – Hamba Alloh

Kisah Nabi Uzair ‘alaihissalam – Hamba Alloh

Al Qur’an Surat ke 2 Al Baqoroh ayat 259 :
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata: “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS  Al Baqoroh 259).
Hadis Nabi SAW  :
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a ‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kisah Nabi Uzair AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang hamba Alloh yang hidup pada jaman antara Nabi Shaleh AS dan Nabi Ibrahim AS, yaitu sekitar 5000 sampai dengan 4000 tahun sebelum masa  Nabi Isa AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi dan Rasul utusan Alloh SWT,  satu diantara 313  Rasul utusan Alloh.
Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari kata AZARO, yang artinya “mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan kebenaran yang sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan  menjadi suatu kebenaran yang semestinya.
Suatu saat Nabi Uzair AS berjalan-jalan dengan keledainya, sehingga sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur semua bangunannya, yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang hidup.  Wilayah itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan dengan negeri Palestina.
Beliau kemudian, turun dari keledainya dan bersujud kepada Alloh SWT, dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?.
Mendengar perkataan beliau itu, kemudian Alloh SWT menidurkan atau mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke alam batiniyyah selama 100 tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul dengan para nabi terdahulu dan melalui beliau-beliau itu, Alloh SWT mengajarkan berbagai ilmu kepada beliau, terutama ilmu pengelolaan negara.
Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah SWT membangunkan atau menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana semula saat mulai tertidur. Kemudian Allah bertanya kepada beliau: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Beliau menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali, kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqoroh 259).
Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi Uzair AS dari tidur/kematiannya itu, beliau mengelola wilayah itu, dari kehancuran, kegersangan, kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah dengan masyarakat yang beriman kepada Aloh SWT yang aman dan sejahtera. Beliau mengelola wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah itu ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrud (jaman sebelum kelahiran Nabi Ibrahin AS). Kemudian tentara kerajaan Namrud itu menyerang wilayah itu, sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh Alloh SWT ke alam batiniyyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS.
Setelah kehilangan Nabi Uzair AS, rakyat di wilayah itu menjadi kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu meneruskan tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair AS. Maka datanglah sesosok setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk daerah itu, “Jika kamu sekalian menginginkan keadaan sejahtera lagi, maka buatlah patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada patung itu, karena Uzair adalah anak Alloh” (audzubillahi min dzalik), kata si setan (laknatulloh alaih) itu.
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS 2 Al Baqoroh 169-170).
Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Namrud dan dijadikan sesembahan. Demikianlah jadinya Raja Namrud menyembah patung Uzair. Dan terjadilah kekosongan keimanan kepada Alloh SWT dan mendewakan patung Uzair sehingga Alloh SWT mengutus Nabi Ibrahin AS bin Tarih bin Azir untuk memperingatkan Raja Namrud dan penduduk kerajaannya.
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah menyembah syaitan yang durhaka” (QS 4 An Nisa 117).
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan? Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”.  (QS 4 Al An’aam 74).
Kemusyrikan Orang-Orang Kafir Yahudi
Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sebagaimana firman Alloh SWT dalam Al Qur’an Surat At Taubah 30-31 :
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah“. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?.”
“Mereka menjadikan rabbi-rabbi (orang-orang alimnya) dan rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka mempertuhankan Uzair putra Imron dan) Al Masih putra Maryam; padahal mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.(QS 9 At Taubah 30-31).
Mereka menirunya karena setan juga berbisik atau berkata kepada para pemuka orang-orang kafir musyrik Yahudi sebagaimana setan berkata kepada orang-orang kafir yang terdahulu itu.
Orang-orang kafir musyrik Yahudi, melalui rabbi-rabbinya membuat-buat kisah Nabi Uzair itu, seakan-akan Nabi Uzair itu adalah dari golongan Bani Israel, sebagaimana kisah-kisah israiliyat yang sering terdengar oleh kalangan umat Islam. .
Disinyalir patung-patung Uzair itu diwujudkan oleh orang-orang kafir musyrik Yahudi, sampai saat ini,  untuk dijadikan sesembahan dalam rangka memperoleh kekuasaan dan kekayaan duniawi dengan membolehkan segala cara. Melalui kemusyrikan itulah setan dengan mudah membantu orang-orang kafir musyrik Yahudi dalam menguasai dunia sampai saat ini.
Oleh karena itu setan akan sangat marah apabila kaum muslim yang beriman, mengatakan bantahan kemusyrikan orang-orang kafir musyrik Yahudi dengan kalimat bantahan :
Nabi Uzair adalah hamba Alloh dan hayatNya (Uzair ‘abdulloh wa hayatuh), dan karena setanpun sulit merekayasa kaum yang beriman itu.
Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair  ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a ‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kesimpulan :
Berdasarkan Al Qur’an Surat Al Baqoroh 259, At Taubah 30-31 dan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman, serta Hadis Nabi SAW yg diriwayatkan Ubadah bin Ash-Shamit r.a. berkata: Nabi saw. Bersabda: Siapa yang membaca asyadu anlaa ilahaillallah wahdahu laa syariika lahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, wa anna Isa ‘abdullahi wa rasuluhu (wabnu amatihi) wa kalimatuhu alqaaha ila Maryam waruhun minhu, wal jannatu haq wannaru haq. (Aku percaya bahwa tiada Tuhan Selain Allah yang Esa dan tidak bersekutu, dan bahwa nabi Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, dan bahwa Isa juga hamba Allah dan utusan-Nya (putra dari hamba-Nya), dan kalimat Allah yang telah diturunkan kepada Maryam, juga Isa sebagai ruh yang diciptakan allah, dan surga itu haq(benar) juga neraka haq(benar), pasti Allah akan memasukkannya kedalam surga meskipun bagaimana amalnya).(Yakni jika dibaca dengan penuh iman keyakinan).
Maka seharusnyanya kaum yang beriman kepada Alloh Yang Maha Esa, selalu berdzikir dengan kalimat thoyyibah :
Asyhadu an laa ilaa ha ilallooh, wahdahu laa syariikalah, wa asyhadu anna Muhammadur Rasululloh, al khotimu anbiya wa laa nabiya ba’da, wa anna Uzair anna ‘Uzair ‘abdulloohir Rokhman, wa anna ‘Isa abdulloh wa rosuuluh, wa anna Ummu Maryam amatulloh, hiya laisat bishohibah.
Kalimah thoyyibah ini akan memperkuat keimanan dan menjadikan benteng terhadap segala fitnah, makar, gangguan atau rekayasa setan yang terkutuk, terutama sekali pada saat menghadapi sakaratul maut

 firman Allah swt :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Artinya : “Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah : 30)
Abu Ja’far mengatakan bahwa para ahli ta’wil berbeda pendapat tentang (yang dikatakan mereka) bahwa Uzair putra Allah. Sebagian mereka mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki yang bernama Finhash.
Al Qashim telah bercerita kepada kami, dia berkata : Al Husein telah bercerita kepada kami, berkata : Hajjaj telah bercerita kepadaku dari Ibnu Jureih berkata,”Aku mendengar Abdullah bin Ubaid bin Umair tentang firman-Nya وقالت اليهود عزير ابن الله dia berkata bahwa ia (uzeir) adalah seorang laki-laki. Mereka berkata,’Namanya adalah Finhash.’ Dan mereka berkata,’Dia adalah yang mengatakan,إن الله فقير ونحن أغنياء (Sesungguhnya Allah itu miskin dan kamilah yang kaya, Al Imran : 181)
Dari ibnu Abbas tentang firmannya وقالت اليهود عزير ابن الله sesungguhnya mereka mengatakan,”Dia (Uzeir) adalah putra Allah dikarenakan Uzeir dahulu berada ditengah-tengah orang ahli kitab dan kitab taurat ada pada mereka. Mereka mengamalkan apa yang ada didalamnya sesuai dengan kehendak Allah untuk diamalkan lalu mereka menyia-nyiakannya dan mengamalkan dengan cara yang tidak benar dan ditengah-tengah mereka terdapat tabut—baca judul : Tabut Yahudi, pen—maka tatkala Allah menyaksikan sikap penyia-nyiaan mereka terhadap taurat dan mengamalkannya dengan hawa nafsu mereka lalu Allah mengangkat tabut, mereka dilupakan terhadap taurat dan dihapuskannya dari dada-dada mereka serta Allah kirimkan kepada mereka suatu penyakit yang mencuci perut mereka dan menjadikannya sulit berjalan sehingga mereka melupakan taurat dan terhapuslah taurat itu dari dada-dada mereka, sementara ditengah-tengah mereka terdapat Uzeir.
Mereka berada dalam kondisi itu selama yang Allah kehendaki setelah dihapuskannya taurat dari dada-dada mereka dan Uzeir sebelumnya adalah salah seorang dari ulama mereka. Uzeir pun berdoa kepada Allah dengan sepenuh hati memohon agar Allah mengembalikan apa yang telah dihapuskan (taurat) itu kepada dada-dada mereka. Tatkala ia melakukan shalat dengan sepenuh hati kepada Allah maka turunlah sebuah cahaya dari Allah masuk kedalam perutnya dan kembalilah apa yang selama ini hilang dari perutnya berupa taurat. Setelah itu dia pun berteriak dengan suara lantang ditengah-tengah kaumnya sambil berkata,”Wahai kaum. Sungguh Allah telah memberikan taurat dan mengembalikannya kepadaku!”
Kemudian Uzeir mengajarkan taurat kepada mereka selama waktu yang dikehendaki Allah lalu tabut pun turun setelah ia hilang dari mereka. Tatkala mereka menyaksikan tabut maka mereka pun membandingkan isi tabut itu dengan apa yang diajarkan Uzeir kepada mereka maka mereka pun mendapatinya sama, dan mereka pun berkata,”Demi Allah tidaklah Uzeir diberikan ini kecuali bahwa dia adalah putra Allah.”
Dari as Suddiy, firman Allah : وقالت اليهود عزير ابن الله sesungguhnya orang-orang Yahudi berkata demikian dikarenakan mereka pernah dikalahkan oleh orang-orang kuat yang kemudian melakukan pembantaian dan mengambil taurat. Ulama-ulama mereka yang tersisa pun berhasil lari dan mereka mengubur kitab-kitab taurat di gunung-gunung.
Uzeir saat itu adalah seorang anak (belasan tahun) yang tengah beribadah di puncak gunung dan dia tidaklah turun kecuali pada hari raya. Anak itu pun menangis dan berkata,”Tuhan, Engkau telah tinggalkan Bani Israil tanpa seorang alim pun”! dia pun terus menangis hingga kedua kelopak matanya turun.
Suatu kali ia turun dan ketika kembali, ia mendapati seorang wanita terlunta-lunta disebuah kuburan sambil menangis dan berkata,”Wahai yang memberikan makan, wahai yang memberikan pakaian !” Uzeir berkata kepadanya,”Celaka kau, siapa yang akan memberikanmu makan, memberikanmu pakaian, memberikanmu minum atau memberikan manfaat kepadamu sebelum laki-laki ini? wanita itu berkata,”Allah!” Uzeir berkata,”Sesungguhnya Allah hidup dan tidak mati!” wanita itu berkata,”Wahai Uzeir, siapakah yang mengajarkan para ulama sebelum Bani Israil? Uzeir menjawab,”Allah.” Wanita itu berkata,”Mengapa engkau menangisi mereka?” maka tatkala Uzeir mengetahui bahwa dirinya dikalahkan (argumentasinya) lalu dia pun berpaling.
Wanita itu memanggilnya dan berkata,”Wahai Uzeir, apabila telah esok datanglah ke sungai ini dan itu dan mandilah di sana kemudian keluarlah dan kerjakan shalat dua rakaat lalu akan datang menemuimu seorang kakek dan apa pun yang diberikannya kepadamu maka ambillah.
Pada keesokan harinya, Uzeir pergi ke sungai yang disebutkan itu dan mandi disana lalu keluar darinya dan melaksanakan shalat dua rakaat, dan datanglah seorang kakek dan berkata,”Bukalah mulutmu!” Uzeir pun membuka mulutnya, lalu si kakek meletakkan sesuatu seperti sebuah bara api yang besar sebanyak tiga kali.
Lalu Uzeir kembali dan dia menjadi seorang yang paling mengetahui tentang taurat dari semua manusia, dia mengatakan,”Wahai Bani Israil, sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan taurat!” mereka berkata,”Wahai Uzeir, apakah kamu tidak berbohong!” maka Uzeir pun mengikatkan disetiap jari jemarinya sebuah pena dan menuliskan dengan seluruh jari-jemarinya dan ia menuliskan taurat seluruhnya.
Ketika para ulama kembali (dari pelarian mereka), mereka pun dikabarkan tentang Uzeir. Maka para ulama itu pun mengeluarkan kitab-kitab taurat yang dahulu pernah dikubur di gunung-gunung. Setelah itu mereka membandingkannya dengan taurat Uzeir dan mereka menadapatkan kesamaan dengannya. Mereka pun berkata,”Sungguh Allah tidaklah memberikan kepadamu hal ini kecuali engkau adalah putra-Nya!” (Tafsir Ath Thabari juz XIV hal 201 – 204

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ALL CONNECT