Al Qur’an Surat ke 2 Al Baqoroh ayat 259 :
“Atau apakah (kamu tidak memperhatikan) orang yang melalui
suatu negeri yang (temboknya) telah roboh menutupi atapnya. Dia berkata:
“Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah hancur?” Maka
Allah mematikan orang itu seratus tahun, kemudian menghidupkannya
kembali. Allah bertanya: “Berapa lama kamu tinggal di sini?” Ia
menjawab: “Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah
berfirman: “Sebenarnya kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya;
lihatlah kepada makanan dan minumanmu yang belum lagi berubah; dan
lihatlah kepada keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang); Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah
kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata
kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) dia pun
berkata: “Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS Al Baqoroh 259).
Hadis Nabi SAW :
Hadis yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman bin Abu Bakar
AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri,
Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu
abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a
‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati
Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu
adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya
pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya
bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca
setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kisah Nabi Uzair AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang hamba Alloh yang hidup pada jaman antara
Nabi Shaleh AS dan Nabi Ibrahim AS, yaitu sekitar 5000 sampai dengan
4000 tahun sebelum masa Nabi Isa AS.
Nabi Uzair AS adalah seorang Nabi dan Rasul utusan Alloh SWT, satu diantara 313 Rasul utusan Alloh.
Dari segi bahasa, kata UZAIR berasal dari kata AZARO, yang artinya
“mengkoreksi”, yaitu mengkoreksi kebenaran dengan kebenaran yang
sebenarnya dan mengkoreksi kesalahan menjadi suatu kebenaran yang
semestinya.
Suatu saat Nabi Uzair AS berjalan-jalan dengan keledainya, sehingga
sampai ke suatu wilayah yang sunyi dan yang telah hancur semua
bangunannya, yang sangat gersang dan tidak ada satupun tanamannnya yang
hidup. Wilayah itu kira-kira berada di daerah Mesir yang berbatasan
dengan negeri Palestina.
Beliau kemudian, turun dari keledainya dan bersujud kepada Alloh SWT,
dengan berkata “Bagaimana Allah menghidupkan kembali negeri ini setelah
hancur?.
Mendengar perkataan beliau itu, kemudian Alloh SWT menidurkan atau
mematikan beliau dan memanggilnya untuk pindah ke alam batiniyyah selama
100 tahun. Dalam tidur/matinya itu, beliau berkumpul dengan para nabi
terdahulu dan melalui beliau-beliau itu, Alloh SWT mengajarkan berbagai
ilmu kepada beliau, terutama ilmu pengelolaan negara.
Setelah 100 tahun tertidur itu, Allah SWT membangunkan atau
menghidupkan kembali beliau dengan jasadnya sebagaimana semula saat
mulai tertidur. Kemudian Allah bertanya kepada beliau:
“Berapa lama kamu tinggal di sini?” Beliau menjawab:
“Saya telah tinggal di sini sehari atau setengah hari”. Allah berfirman:
“Sebenarnya
kamu telah tinggal di sini seratus tahun lamanya; lihatlah kepada
makanan dan minumanmu yang belum lagi berobah; dan lihatlah kepada
keledai kamu (yang telah menjadi tulang belulang);
Kami
akan menjadikan kamu tanda kekuasaan Kami bagi manusia; dan lihatlah
kepada tulang belulang keledai itu, kemudian Kami menyusunnya kembali,
kemudian Kami membalutnya dengan daging”. Maka tatkala telah nyata kepadanya (bagaimana Allah menghidupkan yang telah mati) beliau pun berkata:
“Saya yakin bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu”. (QS 2 Al Baqoroh 259).
Setelah bangun/hidup kembalinya Nabi Uzair AS dari tidur/kematiannya
itu, beliau mengelola wilayah itu, dari kehancuran, kegersangan,
kesunyian tanpa kehidupan sampai menjadi suatu wilayah dengan masyarakat
yang beriman kepada Aloh SWT yang aman dan sejahtera. Beliau mengelola
wilayah itu selama 75 tahun. Tersebarlah keadaan beliau dan wilayah itu
ke semua penjuru bumi hingga ke kerajaan Namrud (jaman sebelum kelahiran
Nabi Ibrahin AS). Kemudian tentara kerajaan Namrud itu menyerang
wilayah itu, sehingga akhirnya beliau dipindahkan dan diangkat oleh
Alloh SWT ke alam batiniyyah, sebagaimana yang terjadi pada Nabi Isa AS.
Setelah kehilangan Nabi Uzair AS, rakyat di wilayah itu menjadi
kebingungan karena tidak ada pengelola wilayah yang mampu meneruskan
tata kelola wilayahnya sebaik Nabi Uzair AS. Maka datanglah sesosok
setan yang berjasad manusia dan berkata kepada penduduk daerah itu,
“Jika kamu sekalian menginginkan keadaan sejahtera lagi, maka buatlah
patung Uzair, dan sembahlah dan mintalah kepada patung itu, karena Uzair
adalah anak Alloh” (audzubillahi min dzalik), kata si setan (laknatulloh alaih) itu.
“Sesungguhnya syaitan itu hanya menyuruh kamu berbuat jahat
dan keji, dan mengatakan terhadap Allah apa yang tidak kamu ketahui. Dan
apabila dikatakan kepada mereka: “Ikutilah apa yang telah diturunkan
Allah,” mereka menjawab: “(Tidak), tetapi kami hanya mengikuti apa yang
telah kami dapati dari (perbuatan) nenek moyang kami”. “(Apakah mereka
akan mengikuti juga), walaupun nenek moyang mereka itu tidak mengetahui
suatu apa pun, dan tidak mendapat petunjuk?” (QS 2 Al Baqoroh 169-170).
Maka patung itu diwujudkan oleh Raja Namrud dan dijadikan sesembahan.
Demikianlah jadinya Raja Namrud menyembah patung Uzair. Dan terjadilah
kekosongan keimanan kepada Alloh SWT dan mendewakan patung Uzair
sehingga Alloh SWT mengutus Nabi Ibrahin AS bin Tarih bin Azir untuk
memperingatkan Raja Namrud dan penduduk kerajaannya.
“Yang mereka sembah selain Allah itu, tidak lain hanyalah
berhala, dan (dengan menyembah berhala itu) mereka tidak lain hanyalah
menyembah syaitan yang durhaka” (QS 4 An Nisa 117).
“Dan (ingatlah) di waktu Ibrahim berkata kepada bapaknya
Aazar: “Pantaskah kamu menjadikan berhala-berhala sebagai tuhan-tuhan?
Sesungguhnya aku melihat kamu dan kaummu dalam kesesatan yang nyata”. (QS 4 Al An’aam 74).
Kemusyrikan Orang-Orang Kafir Yahudi
Kebiasaan menyembah patung Uzair itu ditiru oleh orang-orang kafir
musyrik Yahudi, sebagaimana firman Alloh SWT dalam Al Qur’an Surat At
Taubah 30-31 :
“Orang-orang Yahudi berkata: “Uzair itu putra Allah” dan orang Nasrani berkata: “Al Masih itu putra Allah“. Demikian itulah ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah-lah mereka; bagaimana mereka sampai berpaling?.”
“Mereka menjadikan rabbi-rabbi (orang-orang alimnya) dan
rahib-rahib mereka sebagai tuhan selain Allah, dan (juga mereka
mempertuhankan Uzair putra Imron dan) Al Masih putra Maryam; padahal
mereka hanya disuruh menyembah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan
(yang berhak disembah) selain Dia. Maha Suci Allah dari apa yang mereka
persekutukan.(QS 9 At Taubah 30-31).
Mereka menirunya karena setan juga berbisik atau berkata kepada para
pemuka orang-orang kafir musyrik Yahudi sebagaimana setan berkata kepada
orang-orang kafir yang terdahulu itu.
Orang-orang kafir musyrik Yahudi, melalui rabbi-rabbinya membuat-buat
kisah Nabi Uzair itu, seakan-akan Nabi Uzair itu adalah dari golongan
Bani Israel, sebagaimana kisah-kisah israiliyat yang sering terdengar
oleh kalangan umat Islam. .
Disinyalir patung-patung Uzair itu diwujudkan oleh orang-orang kafir
musyrik Yahudi, sampai saat ini, untuk dijadikan sesembahan dalam
rangka memperoleh kekuasaan dan kekayaan duniawi dengan membolehkan
segala cara. Melalui kemusyrikan itulah setan dengan mudah membantu
orang-orang kafir musyrik Yahudi dalam menguasai dunia sampai saat ini.
Oleh karena itu setan akan sangat marah apabila kaum muslim yang
beriman, mengatakan bantahan kemusyrikan orang-orang kafir musyrik
Yahudi dengan kalimat bantahan :
Nabi Uzair adalah hamba Alloh dan hayatNya (Uzair ‘abdulloh wa
hayatuh), dan karena setanpun sulit merekayasa kaum yang beriman itu.
Hal ini sesuai dengan Hadis Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh
bin Abdurrohman bin Abu Bakar AsShidiq, di Kitab Nuril Akwan yang
ditulis oleh Abi Hasan Al Bishri, Rasulullah SAW bersabda :
Man syahida anna ‘Uzair ‘abdullohir Rokhman, fatahalloohu
abwaabal jannah wa ba’ada ‘anhu makayidas syaitooni wa hasyarohu ma’a
‘ibadir Rokhmaan (wa dzalikas syahadah ba’da syahadatillaah wa syahadati
Rasuulih).
Artinya : Barang siapa bersaksi bahwa sesungguhnya Nabi Uzair itu
adalah hamba Allooh yang maha pemurah, maka Alloh membukakan baginya
pintu surga dan menjauhkannya dari rekayasa setan dan menyatukannya
bersama hamba-hamba Alloh yang maha pemurah. (Syahadat ini dibaca
setelah syahadat kepada Alloh dan RasulNya).
Kesimpulan :
Berdasarkan Al Qur’an Surat Al Baqoroh 259, At Taubah 30-31 dan Hadis
Nabi SAW yang diriwayatkan oleh Abdulloh bin Abdurrohman, serta Hadis
Nabi SAW yg diriwayatkan Ubadah bin Ash-Shamit r.a. berkata: Nabi saw.
Bersabda: Siapa yang membaca
asyadu anlaa ilahaillallah wahdahu
laa syariika lahu wa anna Muhammadan ‘abduhu wa rasuluhu, wa anna Isa
‘abdullahi wa rasuluhu (wabnu amatihi) wa kalimatuhu alqaaha ila Maryam
waruhun minhu, wal jannatu haq wannaru haq. (Aku
percaya bahwa tiada Tuhan Selain Allah yang Esa dan tidak bersekutu,
dan bahwa nabi Muhammad hamba Allah dan utusan-Nya, dan bahwa Isa juga
hamba Allah dan utusan-Nya (putra dari hamba-Nya), dan kalimat Allah
yang telah diturunkan kepada Maryam, juga Isa sebagai ruh yang
diciptakan allah, dan surga itu haq(benar) juga neraka haq(benar), pasti
Allah akan memasukkannya kedalam surga meskipun bagaimana
amalnya).(Yakni jika dibaca dengan penuh iman keyakinan).
Maka seharusnyanya kaum yang beriman kepada Alloh Yang Maha Esa, selalu berdzikir dengan kalimat thoyyibah :
Asyhadu an laa ilaa ha ilallooh, wahdahu laa syariikalah, wa
asyhadu anna Muhammadur Rasululloh, al khotimu anbiya wa laa nabiya
ba’da, wa anna Uzair anna ‘Uzair ‘abdulloohir Rokhman, wa anna ‘Isa
abdulloh wa rosuuluh, wa anna Ummu Maryam amatulloh, hiya laisat
bishohibah.
Kalimah thoyyibah ini akan memperkuat keimanan dan menjadikan benteng
terhadap segala fitnah, makar, gangguan atau rekayasa setan yang
terkutuk, terutama sekali pada saat menghadapi sakaratul maut
firman Allah swt :
وَقَالَتِ الْيَهُودُ عُزَيْرٌ ابْنُ اللّهِ
وَقَالَتْ النَّصَارَى الْمَسِيحُ ابْنُ اللّهِ ذَلِكَ قَوْلُهُم
بِأَفْوَاهِهِمْ يُضَاهِؤُونَ قَوْلَ الَّذِينَ كَفَرُواْ مِن قَبْلُ
قَاتَلَهُمُ اللّهُ أَنَّى يُؤْفَكُونَ
Artinya : “Orang-orang Yahudi berkata: "Uzair itu putera Allah" dan
orang-orang Nasrani berkata: "Al masih itu putera Allah". Demikianlah
itu Ucapan mereka dengan mulut mereka, mereka meniru perkataan
orang-orang kafir yang terdahulu. Dilaknati Allah mereka , bagaimana
mereka sampai berpaling?” (QS. At Taubah : 30)
Abu Ja’far mengatakan bahwa para ahli ta’wil berbeda pendapat tentang
(yang dikatakan mereka) bahwa Uzair putra Allah. Sebagian mereka
mengatakan bahwa ia adalah seorang laki-laki yang bernama Finhash.
Al Qashim telah bercerita kepada kami, dia berkata : Al Husein telah
bercerita kepada kami, berkata : Hajjaj telah bercerita kepadaku dari
Ibnu Jureih berkata,”Aku mendengar Abdullah bin Ubaid bin Umair tentang
firman-Nya وقالت اليهود عزير ابن الله dia berkata bahwa ia (uzeir)
adalah seorang laki-laki. Mereka berkata,’Namanya adalah Finhash.’ Dan
mereka berkata,’Dia adalah yang mengatakan,إن الله فقير ونحن أغنياء
(Sesungguhnya Allah itu miskin dan kamilah yang kaya, Al Imran : 181)
Dari ibnu Abbas tentang firmannya وقالت اليهود عزير ابن الله
sesungguhnya mereka mengatakan,”Dia (Uzeir) adalah putra Allah
dikarenakan Uzeir dahulu berada ditengah-tengah orang ahli kitab dan
kitab taurat ada pada mereka. Mereka mengamalkan apa yang ada didalamnya
sesuai dengan kehendak Allah untuk diamalkan lalu mereka
menyia-nyiakannya dan mengamalkan dengan cara yang tidak benar dan
ditengah-tengah mereka terdapat tabut—baca judul : Tabut Yahudi,
pen—maka tatkala Allah menyaksikan sikap penyia-nyiaan mereka terhadap
taurat dan mengamalkannya dengan hawa nafsu mereka lalu Allah mengangkat
tabut, mereka dilupakan terhadap taurat dan dihapuskannya dari
dada-dada mereka serta Allah kirimkan kepada mereka suatu penyakit yang
mencuci perut mereka dan menjadikannya sulit berjalan sehingga mereka
melupakan taurat dan terhapuslah taurat itu dari dada-dada mereka,
sementara ditengah-tengah mereka terdapat Uzeir.
Mereka berada dalam kondisi itu selama yang Allah kehendaki setelah
dihapuskannya taurat dari dada-dada mereka dan Uzeir sebelumnya adalah
salah seorang dari ulama mereka. Uzeir pun berdoa kepada Allah dengan
sepenuh hati memohon agar Allah mengembalikan apa yang telah dihapuskan
(taurat) itu kepada dada-dada mereka. Tatkala ia melakukan shalat dengan
sepenuh hati kepada Allah maka turunlah sebuah cahaya dari Allah masuk
kedalam perutnya dan kembalilah apa yang selama ini hilang dari perutnya
berupa taurat. Setelah itu dia pun berteriak dengan suara lantang
ditengah-tengah kaumnya sambil berkata,”Wahai kaum. Sungguh Allah telah
memberikan taurat dan mengembalikannya kepadaku!”
Kemudian Uzeir mengajarkan taurat kepada mereka selama waktu yang
dikehendaki Allah lalu tabut pun turun setelah ia hilang dari mereka.
Tatkala mereka menyaksikan tabut maka mereka pun membandingkan isi tabut
itu dengan apa yang diajarkan Uzeir kepada mereka maka mereka pun
mendapatinya sama, dan mereka pun berkata,”Demi Allah tidaklah Uzeir
diberikan ini kecuali bahwa dia adalah putra Allah.”
Dari as Suddiy, firman Allah : وقالت اليهود عزير ابن الله
sesungguhnya orang-orang Yahudi berkata demikian dikarenakan mereka
pernah dikalahkan oleh orang-orang kuat yang kemudian melakukan
pembantaian dan mengambil taurat. Ulama-ulama mereka yang tersisa pun
berhasil lari dan mereka mengubur kitab-kitab taurat di gunung-gunung.
Uzeir saat itu adalah seorang anak (belasan tahun) yang tengah
beribadah di puncak gunung dan dia tidaklah turun kecuali pada hari
raya. Anak itu pun menangis dan berkata,”Tuhan, Engkau telah tinggalkan
Bani Israil tanpa seorang alim pun”! dia pun terus menangis hingga kedua
kelopak matanya turun.
Suatu kali ia turun dan ketika kembali, ia mendapati seorang wanita
terlunta-lunta disebuah kuburan sambil menangis dan berkata,”Wahai yang
memberikan makan, wahai yang memberikan pakaian !” Uzeir berkata
kepadanya,”Celaka kau, siapa yang akan memberikanmu makan, memberikanmu
pakaian, memberikanmu minum atau memberikan manfaat kepadamu sebelum
laki-laki ini? wanita itu berkata,”Allah!” Uzeir berkata,”Sesungguhnya
Allah hidup dan tidak mati!” wanita itu berkata,”Wahai Uzeir, siapakah
yang mengajarkan para ulama sebelum Bani Israil? Uzeir menjawab,”Allah.”
Wanita itu berkata,”Mengapa engkau menangisi mereka?” maka tatkala
Uzeir mengetahui bahwa dirinya dikalahkan (argumentasinya) lalu dia pun
berpaling.
Wanita itu memanggilnya dan berkata,”Wahai Uzeir, apabila telah esok
datanglah ke sungai ini dan itu dan mandilah di sana kemudian keluarlah
dan kerjakan shalat dua rakaat lalu akan datang menemuimu seorang kakek
dan apa pun yang diberikannya kepadamu maka ambillah.
Pada keesokan harinya, Uzeir pergi ke sungai yang disebutkan itu dan
mandi disana lalu keluar darinya dan melaksanakan shalat dua rakaat, dan
datanglah seorang kakek dan berkata,”Bukalah mulutmu!” Uzeir pun
membuka mulutnya, lalu si kakek meletakkan sesuatu seperti sebuah bara
api yang besar sebanyak tiga kali.
Lalu Uzeir kembali dan dia menjadi seorang yang paling mengetahui
tentang taurat dari semua manusia, dia mengatakan,”Wahai Bani Israil,
sesungguhnya aku telah datang kepada kalian dengan taurat!” mereka
berkata,”Wahai Uzeir, apakah kamu tidak berbohong!” maka Uzeir pun
mengikatkan disetiap jari jemarinya sebuah pena dan menuliskan dengan
seluruh jari-jemarinya dan ia menuliskan taurat seluruhnya.
Ketika para ulama kembali (dari pelarian mereka), mereka pun
dikabarkan tentang Uzeir. Maka para ulama itu pun mengeluarkan
kitab-kitab taurat yang dahulu pernah dikubur di gunung-gunung. Setelah
itu mereka membandingkannya dengan taurat Uzeir dan mereka menadapatkan
kesamaan dengannya. Mereka pun berkata,”Sungguh Allah tidaklah
memberikan kepadamu hal ini kecuali engkau adalah putra-Nya!” (Tafsir
Ath Thabari juz XIV hal 201 – 204